Keadaan Karawang dengan sumber daya alamnya yang melimpah menandakan bahwa bisa dikatakan daerah Karawang salah satu tempat yang subur. Salah satu sumber yang menghidupi kesuburan tanah Karawang adalah sumber mata air. Sebagaimana kita ketahui Kabupaten Karawang ini dilalui oleh 2 (dua) daerah aliran sungai (DAS) yaitu Citarum dan Cibeet. Kedua aliran sungai bermuara dari selatan ke utara, karena letak Karawang berada di wilayah utara pulau Jawa atau Propinsi Jawa Barat.
1. DAS Citarum
Aliran sungai ini berasal dari hulu sungai dari lereng gunung Wayang di kota Bandung, sungai ini memanjang sekitar 300 kilometer mengalir ke hilir melewati Kabupaten Purwakarta, Karawang dan Bekasi serta bermuara di ujung Karawang pada laut Jawa. aliran sungai ini cukup deras. di beberapa tempat ada waduk atau bendungan yang dibangun untuk kepentingan pembangkit listrik. seperti di Purwakarta dibangun Bendungan Jatiluhur pada tahun 1957 yang kemudian pada 26 Agustus 1967 diresmikan oleh presiden RI pertama Ir.Soekarno. Selain waduk Jatiluhur, juga dibangun bendungan lain yaitu Saguling di Bandung dan Waduk Cirata sekitar Bandung, Cianjur dan Purwakarta.
Di Kabupaten Karawang, Citarum tidak hanya mengalir memanjang sampai di ujung muara, juga debit air Citarum dialirkan melalui Bendungan Walahar (Kosambi, Kec.Klari) ke area pesawahan ke utara Karawang. Sementara di
Curug (Klari) juga dibangun bendungan Curug yang mengatur debit air ke area pertanian di Karawang sebelah barat (Ciampel, Telukjambe Timur, Telukjambe Barat) dan sebagai pemasok air bersih ke Bekasi dan Jakarta melalui
Irigasi Tarum Barat, untuk ke bagian timur Karawang debit air dialirkan melalui aliran
Irigasi Tarum Timur.
|
Sungai Citarum : Foto mediaindonesia.com |
2. DAS Cibeet
Cibeet dahulu bernama
Tjitaroem Twee Riever atau
Sungai Citarum Dua (sebelum tahun 1901/ref.wikipedia), hulu sungai ini berada di gunung
Lemo Cianjur yang mengalir sepanjang 101 kilometer, Cibeet merupakan salah satu pemasok air ke Kalimalang atau irigasi bendungan tarum barat (BTB) di Karawang. Cibeet memiliki 2 anak sungai besar yaitu Sungai
Cigentis yang berhulu di Gunung
Sanggabuana Kabupaten Karawang dan Sungai
Cipamingkis yang berhulu di Gunung
Kencana Kabupaten Bogor dan mengalir ke Karawang dan Bekasi. aliran sungai ini tidak bermuara di ujung Karawang melainkan mengalir ke sungai Citarum, sehingga Cibeet boleh dikatakan anak sungainya Citarum.
|
Sungai Cibeet : Foto Wikipedia |
3. DAS Cilamaya
Sekira sepanjang 97 kilometer
disebelah timur Kota Karawang berkelok sebuah sungai yang mengalir dan membelah
kabupaten-kabupaten yang dilaluinya, sungai tersebut mengalir ke arah utara
Karawang dan bermuara di Cilamaya Wetan. Dua kabupaten lain yang dilaluinya itu adalah
Kabupaten Purwakarta dan Subang. Hulu sungai Cilamaya berada di gunung Tangkuban Perahu, sedangkan mata
air yang ikut mengaliri sungai ini di Curug Cilamaya Kampung Parakaneuri Kiara Pedes
Kabupaten Purwakarta. Sungai ini
mengairi area pesawahan Cilamaya, anak sungai cilamaya sangat banyak
diantaranya : 1). Sungai Ciwaru, 2). Cilandak, 3). Cihuni, 4). Cikeruh, 5). Cijengkol,
6). Cihalang, 7). Cijalu dan 8).
Cilemper.
Manfaat Daerah Aliran Sungan (DAS)
Keberadaan ke 3 sungai yang mengalir di daerah Karawang memiliki dampak positif yang sangat besar untuk pemerintah daerah dan masyarakat, yaitu
Pertama, untuk mengairi daerah pertanian di Karawang yang sangat luas sekitar 95.906 hektar, selain untuk kepentingan pertanian juga dimanfaatkan untuk perkebunan dan perikanan;
Kedua, dimanfaatkan sebagai sumber pengolahan dan Pengelolaan air bersih; dan
Ketiga, Sebagai sumber penghasilan untuk mencari ikan bagi warga sekitar.
|
Hulu sungai Citarum di Gunung Wayang :sumber foto Pendaki.id |
Dampak Negatif berasal dari DAS
Dampak negatif sering terjadi atas kedua daerah aliran sungai citarum tersebut adalah terjadinya banjir, dan banjir tersebut kemungkinan oleh faktor lingkungan diantaranya
Pertama, dengan banyak dibangunnya kawasan perumahan maka lahan serapan air semakin tipis atau sempit,
Kedua, dengan banyaknya kawasan pabrik yang berdekatan dengan aliran sungai otomatis banyak limbah pabrik tercecer mengalir ke sungai tersebut, sehingga banjirpun tidak bisa dihindarkan, diantara banjir terbesar terjadi tahun 2007, persis di bulan Februari saat musim penghujan tiba. Banjir tersebut tidak saja melanda daerah yang berada di aliran sungai, bahkan banjir melanda ke daerah DKI Jakarta, karena tanggul Citarum yang sebelah utara di wilayah Bekasi jebol, sehingga luapan banjir tersebut sampai ke daerah ibukota RI tersebut. Citarum termasuk sungai yang mengalir debit air yang sangat besar, walaupun ada penambahan 2 bendungan baru yaitu Bendungan Saguling (1980-1986) dan Bendungan Cirata meliputi 3 kabupaten Bandung, Purwakarta dan Cianjur yang dibangun tahun 1983-1997, tetap saja banjir sering terjadi di daerah Karawang dan Bekasi, bahkan di daerah Bandung itu sendiri.
|
Bendungan Jatiluhur : Foto Insvestor Daily |
|
Bendungan Saguling : Foto Wikipedia |
|
Waduk Cirata : Foto https://nativeindonesia.com |
Terkait aliran sungai cibeet yang berada di sebelah kota tenggara kota Karawang tampak mengalir tidak begitu deras, tetapi setiap musim penghujan tiba dampak bersatunya air kiriman cibeet di citarum yang juga debit airnya besar, justru air tidak bisa mengalir atau tertahan sehingga memicu terjadi banjir yang berada di beberapa daerah yang berdekat dengan kedua sungai tersebut diantaranya daerah Dusun
Rancasepat, Dusun Rancaguha (Desa Mulyajaya, Telukjambe Barat), Dusun
Mujiah, Dusun
Leuwisisir, Dusun
Rancapaku (Mekarmulya), Dusun
Pangasinan (Desa Karangligar), dan sekitar Dusun
Gempol (Desa Purwadana, Kec.Telukjambe Timur) serta beberapa daerah atau kawasan lainnya seperti Perumahan
Bintang Alam, Perumnas Telukjambe Timur, Perumahan Karaba, Perumahan Resinda, di Kecamatan Telukjambe Timur dan Karawang Barat. Dengan kondisi seperti itu tentunya harus mendapat perhatian baik dari pemerintah setempat atau fihak Perum Jasa Tirta II, karena dengan seringnya banjir pada aliran-aliran sungai tersebut bisa menyebabkan pendangkalan dasar sungai sehingga dibutuhkan pemeliharaan daerah aliran sungai atau upaya konservasi tanah dan air di sekitar DAS.